Home > 2012

2012

Bea, Bra, Beh

Selasa, 21 Agustus 2012 0



Heyaaa.. im starting to write this blog again…. After a loooonnggg long time huh?!

Berawal ngobrol2 di BBM group, lagi ngobrolin orang yang ultah berhubung yg ultah itu masi jomblo alias single alias belum laku2.. jadilah kita ngecengin soal syarat2 jodoh/cewe idaman tuh yang kayak gimana

Pak A(disinyalir wong jowo uaseli yang sering memberikan petuah2 kepada kita yang masi muda nan kinclong #uhuy) memulai percakapan… iki loh… syarat jodoh klo wong jowo tuh wes 3B : Bibit, Bebet, Bobot
  • Bibit : berasal dari keluarga apakah si pasangan?
  • Bebet : kesiapan seseorang dalam aspek ekonomi atau urusan menafkahi keluarga nanti
  • Bobot : kualitas seseorang dalam dirinya... bisa berupa titel pendidikan atau gelar di pekerjaan dll


Lalu muncullah si L(bumil - ibu2 hamil anak pertama yg masih gaoll abis) pake standarisasi Miss Universe. Klo cari jodoh cewe tuh kudu pake 3B yang ene nehhh
  • · Beauty : Kecantikan (cari yang cantik luar dalem cuy katanya)
  • · Brain : Otak (kecerdasan.. klo cantik tapi bego bisa ga nyambung terus klo ngobrol wkkwkw)
  • · Behavior : Tingkah laku (udah cantik + pinter + kelakuan buruk… ilfil abis)
  • · Bra : literally boobs (.)(.) -> yang eneh mah B ke 4 dan ke 5. kebetulan aru aja ketemu pepatah di web “Girls are like rocks.. You skip the flat ones” -____-"

Terinspirasi perkataan di atas, dengan tidak  mau kalahnya tercetus ide 3B juga dari otak sempit saya inih ^_^  yang bisa dijabarkan sebagai berikut:

  • Bea : Biaya maintenance si cewe itu gimana?... klo terlalu besar yasudah lah leave it with no regret.. kwkwkwkwk klo terlalu kecil bisa juga dikira pelit… yah yg wajar2 aja bro
  • Bra : Kalo yang ngeres pasti langsung kepikiran bagian di tubuh wanita yang berupa daging sedikit menonjol di suatu tempat itu..(orang di sebelah dah teriak2 aje…. tiga empat beeee… tiga empat bee *34B). Nah, Bra di sini sebenarnya hanya sebagai symbol dari ukuran .. yah karena cowo pasti secara ga langsung ngeliat fisik so ukuran itu jadi satu parameter dalam menjatuhkan pilihan. Baik itu tinggi, lebar, dll ya 
  • Beh : Beh yang kali ini diasosiasikan dengan ucapan yang sering diucapkan orang2 indonesia ketika berdecak kagum (“beeh cakep gila tuh cewe”).. Yang berarti setidaknya kita harus ada “rasa” kagum / “click” / ‘jatuh cinte” ke orang tersebut donk... bisa berasal dari cantik/parasnya seseorang atau aura2 yang dipancarkan atau etc(end of thinking capacity)

Yap that’s it… this is what I get for today’s magabut ^_^

Garam dan Masalah - jangan jadi 'Gelas'

Minggu, 08 Januari 2012 0

Dedicated this note to all my friends who has problems in their life....

Seorang guru mendatangi seorang muridnya ketika wajahnya belakangan ini selalu tampak murung.

“Kenapa kau selalu murung, nak? Bukankah banyak hal yang indah di dunia ini? Ke mana perginya wajah bersyukurmu?” sang Guru bertanya.

“Guru, belakangan ini hidup saya penuh masalah. Sulit bagi saya untuk tersenyum. Masalah datang seperti tak ada habis-habisnya,” jawab sang murid muda.

Sang Guru terkekeh. “Nak, ambil segelas air dan dua genggam garam. Bawalah kemari. Biar kuperbaiki suasana hatimu itu.

“Si murid pun beranjak pelan tanpa semangat. Ia laksanakan permintaan gurunya itu, lalu kembali lagi membawa gelas dan garam sebagaimana yang diminta.

“Coba ambil segenggam garam, dan masukkan ke segelas air itu,” kata Sang Guru.

“Setelah itu coba kau minum airnya sedikit.” Si murid pun melakukannya. Wajahnya kini meringis karena meminum air asin.

“Bagaimana rasanya?” tanya Sang Guru.

“Asin, dan perutku jadi mual,” jawab si murid dengan wajah yang masih meringis.

Sang Guru terkekeh-kekeh melihat wajah muridnya yang meringis keasinan.

“Sekarang kau ikut aku” Sang Guru membawa muridnya ke danau di dekat tempat mereka.

“Ambil garam yang tersisa, dan tebarkan ke danau.” Si murid menebarkan segenggam garam yang tersisa ke danau, tanpa bicara. Rasa asin di mulutnya belum hilang. Ia ingin meludahkan rasa asin dari mulutnya, tapi tak dilakukannya.

“Sekarang, coba kau minum air danau itu,” kata Sang Guru sambil mencari batu yang cukup datar untuk didudukinya, tepat di pinggir danau.

Si murid menangkupkan kedua tangannya, mengambil air danau, dan membawanya ke mulutnya lalu meneguknya. Ketika air danau yang dingin dan segar mengalir di tenggorokannya, Sang Guru bertanya kepadanya, “Bagaimana rasanya?”

“Segar, segar sekali,” kata si murid sambil mengelap bibirnya dengan punggung tangannya. Tentu saja, danau ini berasal dari aliran sumber air di atas sana . Dan airnya mengalir menjadi sungai kecil di bawah.

Dan sudah pasti, air danau ini juga menghilangkan rasa asin yang tersisa di mulutnya.

“Terasakah rasa garam yang kau tebarkan tadi?”

“Tidak sama sekali,” kata si murid sambil mengambil air dan meminumnya lagi. Sang Guru hanya tersenyum memperhatikannya, membiarkan muridnya itu meminum air danau sampai puas.

“Nak,” kata Sang Guru setelah muridnya selesai minum.

“Segala masalah dalam hidup itu seperti segenggam garam. Tidak kurang, tidak lebih. Hanya segenggam garam. Banyaknya masalah dan penderitaan yang harus kau alami sepanjang kehidupanmu itu sudah ditakar oleh Allah, sesuai untuk dirimu. Jumlahnya tetap, segitu-segitu saja, tidak berkurang dan tidak bertambah. Setiap manusia yang lahir ke dunia ini pun demikian. Tidak ada satu pun manusia, walaupun dia seorang Nabi, yang bebas dari penderitaan dan masalah.”

Si murid terdiam, mendengarkan.

“Tapi Nak, rasa `asin’ dari penderitaan yang dialami itu sangat tergantung dari besarnya ”hati” yang menampungnya. Jadi Nak, supaya tidak merasa menderita, berhentilah jadi gelas. Jadikan hati dalam dadamu itu jadi sebesar danau.”


GBU, always......

Diberdayakan oleh Blogger.

Footer

Test test Footer